Followers

Memaparkan catatan dengan label YAHUDI. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label YAHUDI. Papar semua catatan

Selasa, 30 Disember 2008

Kebiadaban Israel, Sekadar Dikecamkah?-Malaysiakini

sedutan daripada Ruangan Rencana Laman Suara Merdeka

Sekadar dikecamkah kebiadaban Israel yang baru saja membombardir Jalur Gaza, dan membunuh lebih dari 300 warga Palestina? Seperti biasa, kecaman dunia tak dihiraukan. Kebrutalan berlangsung sebagai ”tontonan tragedi kemanusiaan tanpa dunia bisa berbuat apa-apa”. Pejabat Negeri Yahudi itu mengakui, sekitar 110 bom berbobot hampir 50 ton diluncurkan oleh jet-jet tempur dari langit Gaza. Sasarannya bukan hanya markas dan gudang senjata kelompok Hamas, tetapi juga berbagai fasilitas sipil Palestina. Rumah sakit, sekolah-sekolah, masjid terbesar Al Shifa, gereja, dan televisi Al Aqsa hancur.

Tragedi Gaza kali ini merupakan yang terburuk dengan korban tewas terbanyak dalam serangan satu hari Israel ke Palestina sejak kawasan itu dicaplok pada 1967. Ironisnya, dan seperti sengaja mengobarkan tantangan kepada dunia, serangan tersebut bertepatan dengan momentum datangnya Tahun Baru 1430 Hijriyah. Tank-tank Israel juga bergerak bersama sekitar 6.000 tentara cadangan yang dimobilisasi ke perbatasan untuk menindaklanjuti serangan udara dengan penyerbuan darat. Di pihak Palestina, pemimpin Hamas Ismail Haniya menyatakan para pejuangnya tidak akan mundur sejengkal pun.

Pemerintah Indonesia, seperti para pemimpin dunia lainnya, mengutuk kebrutalan tersebut. Dunia menyerukan dihentikannya kekejian itu, yang dianggap tidak bertanggung jawab dan melanggar ketentuan-ketentuan hukum internasional termasuk Konvensi Jenewa. Kiranya kita juga perlu bergerak lebih keras dengan memanfaatkan posisi sebagai anggota Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-bangsa (DK PBB) untuk menggugat problem serius internasional itu. Kita sudah bisa menggambarkan reaksi kekuatan-kekuatan utama dunia, karena mudah diduga, Amerika Serikat selalu bersikap dari sudut pandang Israel.

Ketika masyarakat dunia mengutuk, Amerika justru mendesak Hamas untuk menghentikan serangan-serangan roket ke Israel jika menghendaki konflik itu berakhir. Substansi pernyataan dari Gedung Putih berkebalikan dari opini arus utama internasional, yakni bahwa Hamas harus mengakhiri terornya jika ingin berperan dalam masa depan Palestina. Pernyataan tersebut malah berbobot sebagai ”restu” agresi ketimbang penyelesaian. Jadi, perubahan apa pun dalam kepemimpinan di negeri adidaya itu, rasanya memang sulit mengharapkan objektivitas dalam bersikap mengenai konflik Palestina - Israel.

Jika jalan kekerasan yang dipilih Hamas dipandang sebagai aksi teror, bukankah langkah-langkah Israel selama ini merupakan perwujudan nyata ”terorisme negara” yang nyaris tidak pernah tersentuh oleh kecaman, dan apalagi tindakan resolusi dari PBB sebagai lembaga internasional tertinggi? Apakah realitas ideologi merupakan landasan berpikir utama Amerika dan negara-negara Barat, walaupun selalu diopinikan bahwa sumbu dan akar konflik Timur Tengah itu bukan konflik agama tetapi berlatar belakang politik? Kesan Palestina sebagai komoditas performa politik Amerika pun makin sulit terhindarkan!

Muncul dugaan agresi tersebut bermotif dagangan politik dalam negeri Israel, yakni sebagai tindakan menarik simpati publik yang tengah menghadapi pemilu legislatif. Kekuatan ultrakonservatif sedang berusaha untuk meyakinkan rakyat walaupun memilih cara yang sangat biadab. Secara internasional, muncul analisis tindakan itu merupakan ”pesan” ketidakyakinan Israel kepada presiden AS terpilih Barrack Obama yang dikhawatirkan bakal bersimpati kepada Palestina. Namun, apa pun, yang terjadi adalah kebiadaban, dan kali ini dunia Arab mesti bersatu suara dengan masyarakat antarabangsa yang berakal sihat!